Selasa, 31 Juli 2007

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN


BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Dampak teknologi informasi dan komunikasi adalah pengetahuan bertambah berpengaruh terhadap bidang ekonomi . Perubahan ekonomi dan pengetahuan melahirkan sistem ekonomi berbasis ilmu ( Knowledge Based Economy )

Ekonomi berbasis pengetahuan menuntut tenaga kerja berkualitas dengan cirri-ciri memiliki ketrampilan tinggi, kreativitas tinggi, pengetahuan formal tinggi, memiliki kemampuan belajar terus menerus, menguasai teknologi informasi, mampu berkomunikasi secara transnasional.

Perubahan ekonomi menghenndaki persaingan semakain ketat antar anggota Asean, negara perlu keunggulan jika jika tidak akan tertinggal yang berakibat pengangguran Untuk itu perlu sumberdaya berkualitas perlu pendidikan dan pelatihan. Dan perlu pembenahan pendidikan dan untuk Indonesia masih rendah kualitas sumber daya manusianya serta masih sangat memprihatinkan dan terus menerus melorot Daya saing kita mengalami terus menurun dari tahun ke tahun disebabkan sumber daya manusia rendah terbukti tenaga kerja kita yang menempati posisi rendah ( pembantu, kuli dan lain-lain ) Untuk bersaing dalam ekonomi berbasis harus memiliki modal intelektual yang dapat dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan berkualitas dan mampu melahirkan tenaga kerja berkualitas dan berpengetahuan ( knowledge employee ) dan membangun pengetahuan.

BAB II

ANALISYS PEMBAHASAN

Belajar agar menyenangkan dan menarik serta merangsang imajinasi dan kreativitas perlu menggunakan multi media dan multi metode yang dapat meningkatkan hasil belajar. Apabila dengan penemuan baru sistem belajar yang menggunakan komputer dan internet. Perkawinan teknologi informasi dengan teknologi audio visual menghasilkan fitur-fitur baru yang dimanfaatkan dalam pendidikan.

Pembelajaran dengan multi media memungkinkan siswa dapat mandiri dan dapat menyajikan materi-materi pelajaran yang lebih menarik. Guru dapat membuat sendiri mater-materi pelajaran dengan menggunakan multi media. Kegagalan dalam pembelajaran biasanya karena berbagai jenis hambatan dalam proses komunikasi antara siswa dan guru.yang membuat komunikasi belajar mengajar tidak berjalan secara efektif dan efisien.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu :

1. dari pelatihan ke penampilan

2. dari ruang kelas ke dimana saja dan kapan saja

3. dari kertas ke one line

4. dari fasilitas fisik ke jaringan kerja

5. dari waktu siklus ke waktu nyata

Komunikasi sebagai media pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, internet, komputer, email dan sebagainya. Proses belajar mengajar tidak melalui tatap muka saja melainkan juga dilakukan dengan menggunakan media-media lain.

Guru dapat memberikan layanan tanpa harus tatap muka melainkan dapat melalui internet yang istilah sekarang yang dinamakan e-learning. Siswa dipacu untuk belajar tanpa harus dengan guru melainkan dapat mandiri melalui on line yang ada di internet.

Pembelajaran dengan menggunakan komputer sebagai media merupakan bentuk pembelajaran terprogram sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati , terencana, dan berdasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran.

Teknologi informasi memuat dua komponen teknologi yaitu komputer dan komunikasi. Teknologi informasi digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan antara lain :

a. SIM ( Manajemen Sistem Informasi ) ialah sebuah sistem informasi

keorganisasian yang mendukung proses-proses manajemen

segala bentuk informasi tentang sekolah, database,on line dapat diakses melalui

internet

b. E-learning ialah merupakan bentuk teknologi informasi yang diterapkan di

bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya. E-learning belajar melalui

jaringan internet dan penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh berbagai pihak,

baik sekolah atau situs-situs yang menyediakan e-learning.

c. Teknologi untuk media pembelajaran

Penggunaan multi media membantu meningkatkan hasil belajar. Beberapa

program yang dipakai dalam pembelajaran dengan teknologi informasi antara

lain : Power Point, Macromedia Director, Maple, Matchad, Macromedia Flash

Net School dan Hot Potatoes.

d. Teknologi Informasi untuk Pendidikan Life Skill

Ketrampilan menggunakan komputer merupakan salah satu kecakapan hidup

yang sangat dibutuhkan untuk bersaing dalam sistem ekonomi berbasis ilmu

pengetahuan. Kecakapan dalam mengoperasikan komputer, menggunakan

berbagai program baik aplikasi mampu bahasa pemrograman merupakan

kecakapan hidup yang bersifat spesifik vocational. Sementara ketrampilan

menggali informasi internet pada internet, mengolah dan memanfaatkannya

merupakan general life skill.

Proses pembelajaran dapat berlangsung apabila ada tiga komponen adalah guru siswa dan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran dengan IT adalah komputer. Penggunaaan komputer merupakan sarana ynag interaktif dan terprogram yang dilandasi oleh hukum. Komputer dapat berfungsi sebagai tutor, tool, dan tutee.

Pembelajaran dengan berbasis ICT berfokus pada siswa sehingga siswa belajar secara aktif dan mandiri , dengan materi sajian yang sudah terintegrasi dan relevan dengan kenyataan. Selain itu siswa dapat berpikir kritis, dan berinisiatip. Fungsi guru sebagai fasilitator , penyediaan perpustakaan dan jadwal yang terkoordinasi dengan baik.

Peran Pengajar,pengajar memantau dan mendorong kelancaran kerja, serta melakukan evaluasi terhadap efektifitas proses belajar.TI dapat berperan sentral di dalam proses pembelajaran dan dapat menyediakan ” lingkungan vertikal ” dapat dimanfaatkan untuk mengatasi keterlibatan sarana fisik, sekaligus membantu menumbuhkan sikap untukbekerja. Internet dan intranet sebagai sumber informasi.

BAB III

PENUTUP

Perkembangan ilmu pengetahuan dan ekonomi menuntut perubahan sistem pendidikan nasional secara menyeluruh . Untuk itu perlu adanya peningkatan sumberdaya manusia agar terjadi perubahan kualitas pendididkan. Sebagai guru hendaknya selalu membuat inovasi dan terobosan–terobasan baru agar pendidikan menjadi lebih berkualitas. Guru perlu diadakan pelatihan work shop dan jika perlu ditingkatkan jenjang pendidikannya

Untuk menghasilka kualitas yang diharapkan sesuai dengan perkembangan teknologi seorang guru perlu belajar secara terus menerus agar tidak ketinggalan dengan negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Judul : Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran

Alamat : http://bantencerdas.net/images/articles/opini/44/artikel_ti.pdf

Penulis : Entis Sutisna ,SPd

2. Judul : Problem Based Learning Berbasis ICT

Alamat : www.warmada.staff.ugm.ac.id/Articles/pbl-ict150504.pdf

Penulis : I Wayan Warmada

3. Judul : Technology Education

Alamat : admissions.osu.edu/u-majors/pdf/technoed.pdf

Penulis : Revised

INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA LEMBAGA PENDIDIKAN KEPUSTAKAWANAN



I. PENDAHULUAN

Dunia informasi dan perpustakaan sekarang ini telah menunjukan banyak

sekali kemajuan, baik dari semakin tingginya perhatian pada kehadiran

perpustakaan maupun semakin majunya teknologi informasi sebagai pendukung

kegiatan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya. Kebutuhan

manusia pada informasi semakin hari semakin tinggi dalam membantunya

mengambil sebuah keputusan. Kebutuhan ini juga ternyata dibarengi dengan

kesadaran bahwa perpustakaan merupakan lembaga yang mampu memenuhi

kebutuhan tersebut.

II. PEMBAHASAN

Kemajuan dan penghargaan ini tentu saja menuntut kompetensi yang tinggi

pada pengelola perpustakaan, terutama bagi mereka yang langsung berhubungan

dengan permintaan informasi khusus. Kompetensi lain yang dituntut juga adalah

kemampuan menjawab permintaan khusus ini dengan cepat dan variasi yang luas

tetapi sangat akurat. Informasi yang diminta tidak lagi berupa kumpulan data

Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan

mentah, tetapi sudah menjadi “barang siap pakai (ready for use)” berupa sebuah

strategi pengambilan tindakan untuk mencapai sebuah tujuan.

Kompetensi setinggi ini tentu saja tidak dapat dimiliki hanya melalui

pengalaman dan belajar secara otodidak tetapi harus melalui pendidikan khusus

pada strata kesarjanaan di perguruan tinggi.

Melalui pendidikan kepustakawanan (librarianship) ini diharapkan lahir

kompetensi dalam pengelolaan informasi, dokumentasi dan perpustakaan pada

peserta program pendidikan yang pada saatnya mampu menjalankan roda

manajemen lembaga informasi atau perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Diharapkan juga akan lahir diploma atau sarjana yang memiliki

kreatifitas dalam mengemas data dan informasi yang dapat menciptakan efisiensi

penggunaannya.

Infrastruktur Penyelenggaraan Pendidikan Kepustakawanan

Sesuai dengan kurikulum yang telah disusun berdasarkan ukuran

kompetensi yang jelas, fasilitas penyelenggaraan pendidikan kepustakawanan

yang tersedia harus dirancang agar peserta pendidikan mampu memiliki keilmuan,

keahlian dan keterampilan dalam bidang informasi dan perpustakaan. Fasilitas

pendidikan juga harus disediakan dan dirancang agar tenaga pengajar mampu

membimbing dan melahirkan motivasi pada peserta didik dalam menguasai ilmu

dan keahlian yang diharapkan dimiliki mereka.

Infrastruktur Teknologi Informasi

Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -

Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah

menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang

hidup di kota besar. Teknologi komunikasi dan informasi sudah menjadi sebuah

kebutuhan (salah satunya adalah k Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -

Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah

menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang

hidup di kota besar. Teknologi komunikasi dan informasi sudah menjadi sebuah

kebutuhan (salah satunya adalah k Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -

Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah

menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang

hidup di kota besar. Teknologi komunikasi dan informasi sudah menjadi sebuah

kebutuhan (salah satunya adalah k ebutuhan dihargai dan di’pandang’) dalam kerja

maupun kahidupan sehari-hari pada umumnya. Ketersediaannya juga sudah

mencapai pada hal-hal yang paling rumit dan sederhana dari pengiriman,

penyimpanan, pengolahan dan pengiriman data dengan kemampuan jangkauan

yang sangat luas.

Pendidikan kepustakawanan juga tidak dapat lagi menghindarkan kehadiran

teknologi ini, baik dalam kegiatan mengajar maupun belajar. Untuk itu lembaga

penyelenggara pendidikan harus sudah menyediakan infrastuktur berbasis

teknologi komunikasi dan informasi, sesederhana apapun itu.

Dalam kegiatan pengajaran, seorang dosen akan lebih mudah

menyampaikan materi apabila tersedia fasilitas ini, baik dalam pertemuan dalam

kelas dengan menggunakan multi media yang memungkinkan materi dipersiapkan

dan disajikan dengan lebih menarik dan lengkap (dengan tambahan ilustrasi yang

nyata), maupun ketika ia mencari data baru mengenai perkembangan keilmuan di

bidangnya dari sumber-sumber yang sangat banyak dan tidak lagi terbatas pada

bahan tercetak melalui fasilitas on-line dan Internet. Ketika fasilitas jaringan

Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan

komputer sudah memadai, dosen juga dapat menyampaikan materi, tugas dan

pemeriksaan hasil melalui sistem jaringan.

Program Dalam Infrastuktur Teknologi Komunikasi dan Informasi

data yang diperolehnya menjadi bentuk baru. Roy Suryo, misalnya.

Dalam pendidikan kepustakawanan, kompetensi yang harus dimiliki peserta

didik adalah kompetensi sebagai pemakai program, bukan pembuat program.

Pembuatan program sebaiknya dilakukan oleh ahli komputer (informatika). Jika

dianalogikan seperti adanya insinyur mesin yang membuat kendaraan angkut, dan

insinyur sipil yang membuat jalan dan jembatan, pustakawan atau ahli informasi

berperan menentukan matrerial apa yang akan dimuatkan pada kendaraan yang

tersedia dan kemana material itu dikirim. Pembagian peran dan tugas ini

sebaiknya tidak dicampur aduk jadi satu karena akan menimbulkan tumpang tindih

dalam kurikulum pendidikan.

III. PENUTUP

Pada perancangan penyediaan infrastuktur teknologi informasi dan

komunikasi yang perlu menjadi dasar pemikiran adalah bahwa teknologi informasi

dan komunikasi adalah alat bantu dan bukan inti dari kehidupan dari seorang

pustakawan. Pada sebuah hasil penelitian yang ditulis dalam Journal of

Librarianship and Information Science, December 1999 disebutkan ketidak

mampuan profesional seorang lulusan pendidikan perpustakaan untuk memenuhi

persyarat kerja adalah skills and social skills yang meliputi:

Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan

Dalam teknologi komunikasi dan informasi terdapat dua komponen utama

yaitu hardware dan software (keduanya dijalankan oleh brainware milik manusia),

perangkat keras sebagai komponen yang bergerak dan perangkat lunak sebagai

komponen penggerak. Keduanya diurus oleh orang dengan kompetensi yang

berbeda, yaitu tehnisi perangkat keras dan pengurus program perangkat lunak.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam mengurus program perangkat lunak

(software) juga terbagi dua, yaitu pembuat program dan pemakai program.

Pembuat program adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam bidang

informatika yang mampu membuat sebuah program agar mampu memanipulasi

data (bukan memanipulasi laporan pada rakyat!) sesuai dengan perintah yang

dibe . quality assurance skills

b. problem solving skills

c. learning efficiency

d. flexibility, and

e. communication skills

yang hanya dapat dipenuhi jika mahasiswa mau open mind. Oleh karena itu

konsentrasi penyediaan fasilitas pendidikan terutama ditujukan untuk menciptakan

keterampilan dan keahlian tersebut. Dengan dimilikinya ke lima keterampilan dan

keahlian tersebut, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi akan dapat

termanfaatkan dengan tepat dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1991

Garland, Paul and Geoffrey Jones, Communication and General Studies for

technician student, Berkshire, McGraw-Hill Book Company, 1981

Jacob, M.E.L., Strategic Planning: a how-to-do-it manual for Librarians, New

York, Neal-Schuman Publishers, Inc, 1990

Lawes, Ann, The Benefit of Quality Management to Library and Information

Service Profession, Special Libraries, Special Libraries Association,

Washington, 1993, pp: 142-146

Narayana, G.J., Library and Information Management, New Delhi, Prentice-Hall

of India Private Limited, 1991

Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan sekolah: petunjuk membina pemakai

dan memelihara per Perpustakaan Nasional RI, Panduan penyelenggaraan perpustakaan umum,

Jakarta, Perpustakaan Nasional, 1991

Wiranto FA dan Supriyanto (Ed.), Mempertanyakan keberadaan perpustakaan

kita, Semarang, Soegijapranata Catholic University Press, 1995

Berner, Andrew. "Thinking About...Quality," The One Person Library: A

Newsletter for Librarians and Management. (Vol. 6, No. 8, December,

1989,pp.6-7)

Leonard, W. Patrick. "On My Mind: This Year is Different: Facing Outcome

Assesment," The Journal of Academic Librarianship (September, 1992,

pp.228-229)

http://eprints-rclis-org/archive/00009538/01/infrastruktur-TI-4%3DPustakawan-Agus-rusmana-Pdf

PEMANFAATAN TEKN OLOGI DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH

I.PENDAHULUAN

Sistem Pendidikan Terbuka Jarak Jauh (PTJJ) sebenarnya mempunyai aktivitas utama yang tidak berbeda dengan sistem pendidikan tatap muka, yaitu terdiri dari aktivitas mengajar dan aktivitas belajar (Belawati, 2000). Namun, karena adanya keterpisahan pelaksanaan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar pada sistem PTJJ; pengelolaan kedua aktivitas tersebut berbeda dengan pengelolaan kegiatan belajar mengajar pada sistem pendidikan konvensional (Gambar 1).

Kuatnya tuntutan dari kebutuhan masyarakat akan pendidikan lanjutan yang berkualitas tercermin dari dikeluarkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penyelenggaraan PTJJ, yang membuka peluang bagi institusi selain UT untuk ikut berpartisipasi dalam PTJJ. Kompetensi yang terjadi antar penyelenggara PTJJ ini akan menjadi pemicu bagi setiap institusi untuk selalu meningkatkan layanan yang diberikan. Penyelenggaraan PTJJ harus dilakukan secara lebih efektif dan efisien disesuaikan dengan permintaan pasar. Hal ini akan dapat dilakukan jika penyelenggara PTJJ seperti UT memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Makalah ini akan membahas tentang evaluasi hasil belajar (EHB) sebagai salah satu komponen dalam sistem PTJJ dan pemanfaatan teknologi dalam EHB dengan menggunakan kasus UT sebagai contoh.

II. PEMBAHASAN
A. EVALUASI HASIL BELAJAR
Evaluasi hasil belajar mahasiswa mempunyai beberapa tujuan. Sebagai institusi penyelenggara PTJJ, UT melaksanakan EHB untuk memotivasi mahasiswa agar mereka belajar lewat Tugas Mandiri (TM), untuk mengukur ketercapaian tujuan matakuliah lewat ujian akhir semester (UAS), dan untuk mengetahui ketercapaian tujuan program melalui ujian kemprehensif tertulis (UKT). Agar tujuan EHB tersebut dapat tercapai dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk memperbaiki cara belajar mereka dan oleh UT untuk memperbaiki penyelenggaraan PTJJ-nya, maka semua kegiatan yang terkait dengan komponen EHB harus dilakukan dengam baik. Sebelum membahas mengenai pemanfaatan teknologi dalam komponen evaluasi ini, akan dibahas secara lebih rinci setiap kegiatan yang ada dalam komponen evaluasi ini.
1. Analisis Kompetensi
2. Pengembangan Kisi-kisi
3. Pengembangan Soal


Pengembangan soal ujian,

§ Penyiapan Bahan Ujian
1. Penggandaan Bahan Ujian
2. Pengiriman Bahan Ujian


• Penyelenggaraan Ujian
1. Penyiapan bahan, ruang dan pengawas ujian

2. Pelaksanaan ujian

3. Pengiriman hasil ujian
• Pemrosesan Hasil Ujian
• Pelaporan Nilai


B. PEMANFAATAN TEKN0LOGI DALAM EHB
Berbicara mengenai masa depan evaluasi hasil belajar PTJJ tidak bisa terlepas dari pembahasan mengenai teknologi. Agar dapat menyelenggarakan EHB yang efektif dan efisien maka UT sebagai institusi PTJJ harus memanfaatkan teknologi yang tepat guna. Teknologi yang digunakan sekarang ini untuk menunjang pelaksanaan EHB di UT masih terbatas pada penggunaan scanner dan LAN, Berikut akan dibahas teknologi yang tersedia dan yang mungkin dimanfaatkan untuk setiap kegiatan EHB di UT.


• Pengembangan Soal Ujian
Pengembangan soal ujian di UT masih dilakukan secara konvensional dimana dilakukan pelatihan pembekalan keterampilan penulisan kisi-kisi dan soal bagi para penulis secara tatap muka. Kegiatan pembekalan ini memerlukan waktu dan sumber dana yang tidak sedikit terutama jika dilakukan di tempat yang tersebar dan lokasinya jauh dari kantor UT pusat. Setelah kisi-kisi dan soal selesai ditulis maka perlu dilakukan penjemputan bahan ujian tadi ke tempat para penulis. Sistem pengembangan soal seperti ini menyebabkan institusi PTJJ seperti UT tidak mudah untuk memperbaharui bahan ajarnya karena akan berdampak kepada ujian yang memerlukan waktu pengembangan yang cukup lama. Agar kegiatan pengembangan ini menjadi lebih singkat dan tidak menyita sumber daya yang terlalu banyak, bisa dimanfaatkan teknologi yang sederhana seperti penggunaan video untuk pembekalan para penulis soal. Teknologi jaringan juga dapat dimanfaatkara dimana para penulis dapat mengakses website seperti PAU-Online yang salah satu materi pelatihan adalah membuat soal ujian. Para penulis dan penelaah pun dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan fasilitas chatting di internet. Jika suatu saat nanti infrastuktur jaringan yang ada di UT memadai, maka dapat dibuat sistem pengembangan soal secara remote, di mana para penulis soal dapat mengakses fasilitas jaringan yang memungkinkan mereka menulis soal secara on-line. Tentu harus dipikirkan bagaimana menjaga keamanan sehingga tidak bisa ditembus oleh pihak yang tidak berkepentingan.

Penyiapan Bahan Ujian

• Pelaksanaan Ujian
Pelaksanaan ujian UT masih dilakukan dengan paper and pencil di lokasi yang telah ditentukan secara tatap muka, sama seperti yang dilakukan oleh institusi pendidikan konvensional. Dengan sistem yang seperti ini prinsip keterbukaan dari PTJJ agak dibatasi karena mahasiswa harus mengikuti jadwal ujian. Semua peserta ujian juga diberikan soal yang sama tanpa memperhatikan tingkat kemampuan mereka, di suatu lokasi tertentu, dan waktu yang sama. Berbagai bentuk pelanggaran ujian terjadi sebagai akibat dari kurangnya pengawasan dan soal yang seragam ini. Untuk itu perlu dipikirkan pemanfaatan teknologi yang dapat mengurangi peluang terjadinya distorsi nilai, dan meningkatkan kualitas ujian. Dengan perkembangan dalam teori pengukuran dan evaluasi serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maka dimungkinkan untuk menyelenggarakan ujian dengan komputer yang dikenal dengan istilah computer-based testing (CBT). Ada dua macam CBT,

• Pemrosesan Hasil Ujian
Proses penilaian (scoring) dengan menggunakan teknologi elektronik sudah banyak digunakan di dunia pendidikan. Untuk itu diperlukan mesin scanner dan lembar jawaban ujian (LJU), yang khusus didesain untuk scanner tersebut. Peserta ujian menjawab ujian dengan cara menghitamkan huruf-huruf atau kode-kode yang tersedia dalam LJU, dengan menggunakan pensil khusus. Setelah mesin scanner membaca LJU, kumputer secara otomatis akan melakukan scoring dan grading. Untuk tes adaptif, proses scoring merupakan bagian dari rancangan tes (ETS, 2002). Peserta tes secara otomatis akan mengetahui skor yang telah diperolehnya. Skor yang diberikan tergantung pada jumlah soal yang dijawab dan jawaban terhadap soal yang diberikan. Soal yang diberikan oleh kumputer akan mencerminkan keberhasilan dalam menjawab soal sebelumnya dari kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes meliputi:
• tingkat kesulitan soal yang diberikan;
• tipe soal yang diberikan; dan
• cakupan materi tes yang sesuai.

• Pelaporan Nilai
Di UT, laporan nilai per semester diberikan dalam bentuk daftar nilai ujian (DNU). Sedangkan laporan nilai keseluruhan selama siswa belum lulus disebut laporan Kemjuan Akademik Siswa (LKAM). DNU dicetak dengan menggunakan komputer, yang dapat dilakukan di Kantor UT Pusat maupun di setiap UPBJJ- Pencetakan DNU dapat diprograrn untuk setiap UPBJJ, setiap Program Studi, maupun setiap siswa. Bila diprograrn untuk satu UPBJJ, maka DNU untuk seluruh siswa di UPBJJ tersebut yang mengikuti ujian pada semester yang bersangkutan akan tercetak. DNU dikirimkan ke setiap siswa melalui jasa pos.


PENUTUP
Perubahan teknologi merupakan proses yang memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari sebuah teknologi baru bukan saja harus dipikirkan ketepatan teknologi yang dipilih juga kesiapan orang yang akan mengelola teknologi tersebut. Dengan menyadari bahwa sistem PTJJ tidak mudah diubah karena dampaknya luas, maka perubahan terhadap sistem yang ada hendaknya memang dipersiapkan dengan matang dan terencana. Transisi antara kedua sistem yang akan berubah ini juga harus dipikirkan dengan baik. Sistem yang dimaksud disini bukan saja mencakup perangkat keras maupun lunak tapi termasuk juga struktur organisasi yang menunjang pelaksanaan evaluasi PTJJ di UT.


DAFTAR PUSTAKA
Belawati, T. (200Q). Prinsip-prinsip pengelolaan sistem PTJJ. Makalah dibawakan dalarn Seminar Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka Jarak Jauh, Universitas Terbuka, 25 Januari 2000.
Boekkooi-Timinga, E. (1989). Models,for Computerized Test Construction. Academisch Boeken Centrum: De Lier.
Educational Testing Services. (2002). Computer-bused testing: Arrswer’s, for- candidats testing in the US; US territories, Puerto Rico, and Canada.
{URL:http/www.ets.org/ebt/dstan l fq,html].
Jacobs., L.C. dan Chase, C. 1. (1992). Developing and Using Tests Effectively. Jossey-Bass Publishers: San Fransisco.
Osterlind, S.J. (1989). Constructing Test Items. Kluwer Akademik Publishers: Boston, MA.
Van Theil, C.C. dan Zwarts, M.A. (1986). Development of a Testing Service System. Applied Psychological Measurement. 10, 391-403.
Wainer, H. (1990). Computerized Adaptive Testing.- A Primer. Lawrence Erlbaum Asociates, Inc. Publishers: New Jersey.
Zainul, A. dan Nasoetion. N. (2001) Penilaian Hasil Belajar, PAU-PPAI Universitas Terbuka: Jakarta.