I. PENDAHULUAN
Dunia informasi dan perpustakaan sekarang ini telah menunjukan banyak
sekali kemajuan, baik dari semakin tingginya perhatian pada kehadiran
perpustakaan maupun semakin majunya teknologi informasi sebagai pendukung
kegiatan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya. Kebutuhan
manusia pada informasi semakin hari semakin tinggi dalam membantunya
mengambil sebuah keputusan. Kebutuhan ini juga ternyata dibarengi dengan
kesadaran bahwa perpustakaan merupakan lembaga yang mampu memenuhi
kebutuhan tersebut.
Kemajuan dan penghargaan ini tentu saja menuntut kompetensi yang tinggi
pada pengelola perpustakaan, terutama bagi mereka yang langsung berhubungan
dengan permintaan informasi khusus. Kompetensi lain yang dituntut juga adalah
kemampuan menjawab permintaan khusus ini dengan cepat dan variasi yang luas
tetapi sangat akurat. Informasi yang diminta tidak lagi berupa kumpulan data
Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan
mentah, tetapi sudah menjadi “barang siap pakai (ready for use)” berupa sebuah
strategi pengambilan tindakan untuk mencapai sebuah tujuan.
Kompetensi setinggi ini tentu saja tidak dapat dimiliki hanya melalui
pengalaman dan belajar secara otodidak tetapi harus melalui pendidikan khusus
pada strata kesarjanaan di perguruan tinggi.
Melalui pendidikan kepustakawanan (librarianship) ini diharapkan lahir
kompetensi dalam pengelolaan informasi, dokumentasi dan perpustakaan pada
peserta program pendidikan yang pada saatnya mampu menjalankan roda
manajemen lembaga informasi atau perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Diharapkan juga akan lahir diploma atau sarjana yang memiliki
kreatifitas dalam mengemas data dan informasi yang dapat menciptakan efisiensi
penggunaannya.
Infrastruktur Penyelenggaraan Pendidikan Kepustakawanan
Sesuai dengan kurikulum yang telah disusun berdasarkan ukuran
kompetensi yang jelas, fasilitas penyelenggaraan pendidikan kepustakawanan
yang tersedia harus dirancang agar peserta pendidikan mampu memiliki keilmuan,
keahlian dan keterampilan dalam bidang informasi dan perpustakaan. Fasilitas
pendidikan juga harus disediakan dan dirancang agar tenaga pengajar mampu
membimbing dan melahirkan motivasi pada peserta didik dalam menguasai ilmu
dan keahlian yang diharapkan dimiliki mereka.
Infrastruktur Teknologi Informasi
Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -
Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah
menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang
hidup di
kebutuhan (salah satunya adalah k Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -
Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah
menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang
hidup di
kebutuhan (salah satunya adalah k Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -
Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah
menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang
hidup di
kebutuhan (salah satunya adalah k ebutuhan dihargai dan di’pandang’) dalam kerja
maupun kahidupan sehari-hari pada umumnya. Ketersediaannya juga sudah
mencapai pada hal-hal yang paling rumit dan sederhana dari pengiriman,
penyimpanan, pengolahan dan pengiriman data dengan kemampuan jangkauan
yang sangat luas.
Pendidikan kepustakawanan juga tidak dapat lagi menghindarkan kehadiran
teknologi ini, baik dalam kegiatan mengajar maupun belajar. Untuk itu lembaga
penyelenggara pendidikan harus sudah menyediakan infrastuktur berbasis
teknologi komunikasi dan informasi, sesederhana apapun itu.
Dalam kegiatan pengajaran, seorang dosen akan lebih mudah
menyampaikan materi apabila tersedia fasilitas ini, baik dalam pertemuan dalam
kelas dengan menggunakan multi media yang memungkinkan materi dipersiapkan
dan disajikan dengan lebih menarik dan lengkap (dengan tambahan ilustrasi yang
nyata), maupun ketika ia mencari data baru mengenai perkembangan keilmuan di
bidangnya dari sumber-sumber yang sangat banyak dan tidak lagi terbatas pada
bahan tercetak melalui fasilitas on-line dan Internet. Ketika fasilitas jaringan
Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan
komputer sudah memadai, dosen juga dapat menyampaikan materi, tugas dan
pemeriksaan hasil melalui sistem jaringan.
Program Dalam Infrastuktur Teknologi Komunikasi dan Informasi
data yang diperolehnya menjadi bentuk baru. Roy Suryo, misalnya.
Dalam pendidikan kepustakawanan, kompetensi yang harus dimiliki peserta
didik adalah kompetensi sebagai pemakai program, bukan pembuat program.
Pembuatan program sebaiknya dilakukan oleh ahli komputer (informatika). Jika
dianalogikan seperti adanya insinyur mesin yang membuat kendaraan angkut, dan
insinyur sipil yang membuat jalan dan jembatan, pustakawan atau ahli informasi
berperan menentukan matrerial apa yang akan dimuatkan pada kendaraan yang
tersedia dan kemana material itu dikirim. Pembagian peran dan tugas ini
sebaiknya tidak dicampur aduk jadi satu karena akan menimbulkan tumpang tindih
dalam kurikulum pendidikan.
III. PENUTUP
Pada perancangan penyediaan infrastuktur teknologi informasi dan
komunikasi yang perlu menjadi dasar pemikiran adalah bahwa teknologi informasi
dan komunikasi adalah alat bantu dan bukan inti dari kehidupan dari seorang
pustakawan. Pada sebuah hasil penelitian yang ditulis dalam Journal of
Librarianship and Information Science, December 1999 disebutkan ketidak
mampuan profesional seorang lulusan pendidikan perpustakaan untuk memenuhi
persyarat kerja adalah skills and social skills yang meliputi:
Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan
Dalam teknologi komunikasi dan informasi terdapat dua komponen utama
yaitu hardware dan software (keduanya dijalankan oleh brainware milik manusia),
perangkat keras sebagai komponen yang bergerak dan perangkat lunak sebagai
komponen penggerak. Keduanya diurus oleh orang dengan kompetensi yang
berbeda, yaitu tehnisi perangkat keras dan pengurus program perangkat lunak.
Kompetensi yang dibutuhkan dalam mengurus program perangkat lunak
(software) juga terbagi dua, yaitu pembuat program dan pemakai program.
Pembuat program adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam bidang
informatika yang mampu membuat sebuah program agar mampu memanipulasi
data (bukan memanipulasi laporan pada rakyat!) sesuai dengan perintah yang
dibe . quality assurance skills
b. problem solving skills
c. learning efficiency
d. flexibility, and
e. communication skills
yang hanya dapat dipenuhi jika mahasiswa mau open mind. Oleh karena itu
konsentrasi penyediaan fasilitas pendidikan terutama ditujukan untuk menciptakan
keterampilan dan keahlian tersebut. Dengan dimilikinya ke
keahlian tersebut, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi akan dapat
termanfaatkan dengan tepat dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan,
Utama, 1991
technician student, Berkshire, McGraw-Hill Book Company, 1981
Jacob, M.E.L., Strategic Planning: a how-to-do-it manual for Librarians, New
York, Neal-Schuman Publishers, Inc, 1990
Lawes, Ann, The Benefit of Quality Management to Library and Information
Service Profession, Special Libraries, Special Libraries Association,
Narayana, G.J., Library and Information Management,
of
Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan sekolah: petunjuk membina pemakai
dan memelihara per Perpustakaan Nasional RI, Panduan penyelenggaraan perpustakaan umum,
Wiranto FA dan Supriyanto (Ed.), Mempertanyakan keberadaan perpustakaan
kita,
Berner, Andrew. "Thinking About...Quality," The One Person Library: A
Newsletter for Librarians and Management. (Vol. 6, No. 8, December,
1989,pp.6-7)
Leonard, W. Patrick. "On My Mind: This Year is Different: Facing Outcome
Assesment," The Journal of Academic Librarianship (September, 1992,
pp.228-229)
http://eprints-rclis-org/archive/00009538/01/infrastruktur-TI-4%3DPustakawan-Agus-rusmana-Pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar