Selasa, 31 Juli 2007

INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA LEMBAGA PENDIDIKAN KEPUSTAKAWANAN



I. PENDAHULUAN

Dunia informasi dan perpustakaan sekarang ini telah menunjukan banyak

sekali kemajuan, baik dari semakin tingginya perhatian pada kehadiran

perpustakaan maupun semakin majunya teknologi informasi sebagai pendukung

kegiatan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya. Kebutuhan

manusia pada informasi semakin hari semakin tinggi dalam membantunya

mengambil sebuah keputusan. Kebutuhan ini juga ternyata dibarengi dengan

kesadaran bahwa perpustakaan merupakan lembaga yang mampu memenuhi

kebutuhan tersebut.

II. PEMBAHASAN

Kemajuan dan penghargaan ini tentu saja menuntut kompetensi yang tinggi

pada pengelola perpustakaan, terutama bagi mereka yang langsung berhubungan

dengan permintaan informasi khusus. Kompetensi lain yang dituntut juga adalah

kemampuan menjawab permintaan khusus ini dengan cepat dan variasi yang luas

tetapi sangat akurat. Informasi yang diminta tidak lagi berupa kumpulan data

Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan

mentah, tetapi sudah menjadi “barang siap pakai (ready for use)” berupa sebuah

strategi pengambilan tindakan untuk mencapai sebuah tujuan.

Kompetensi setinggi ini tentu saja tidak dapat dimiliki hanya melalui

pengalaman dan belajar secara otodidak tetapi harus melalui pendidikan khusus

pada strata kesarjanaan di perguruan tinggi.

Melalui pendidikan kepustakawanan (librarianship) ini diharapkan lahir

kompetensi dalam pengelolaan informasi, dokumentasi dan perpustakaan pada

peserta program pendidikan yang pada saatnya mampu menjalankan roda

manajemen lembaga informasi atau perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Diharapkan juga akan lahir diploma atau sarjana yang memiliki

kreatifitas dalam mengemas data dan informasi yang dapat menciptakan efisiensi

penggunaannya.

Infrastruktur Penyelenggaraan Pendidikan Kepustakawanan

Sesuai dengan kurikulum yang telah disusun berdasarkan ukuran

kompetensi yang jelas, fasilitas penyelenggaraan pendidikan kepustakawanan

yang tersedia harus dirancang agar peserta pendidikan mampu memiliki keilmuan,

keahlian dan keterampilan dalam bidang informasi dan perpustakaan. Fasilitas

pendidikan juga harus disediakan dan dirancang agar tenaga pengajar mampu

membimbing dan melahirkan motivasi pada peserta didik dalam menguasai ilmu

dan keahlian yang diharapkan dimiliki mereka.

Infrastruktur Teknologi Informasi

Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -

Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah

menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang

hidup di kota besar. Teknologi komunikasi dan informasi sudah menjadi sebuah

kebutuhan (salah satunya adalah k Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -

Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah

menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang

hidup di kota besar. Teknologi komunikasi dan informasi sudah menjadi sebuah

kebutuhan (salah satunya adalah k Pada masa sekarang ini, teknologi komunikasi dan informasi (ICT -

Information and Communication Technology) merupakan sesuatu yang sudah

menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama mereka yang

hidup di kota besar. Teknologi komunikasi dan informasi sudah menjadi sebuah

kebutuhan (salah satunya adalah k ebutuhan dihargai dan di’pandang’) dalam kerja

maupun kahidupan sehari-hari pada umumnya. Ketersediaannya juga sudah

mencapai pada hal-hal yang paling rumit dan sederhana dari pengiriman,

penyimpanan, pengolahan dan pengiriman data dengan kemampuan jangkauan

yang sangat luas.

Pendidikan kepustakawanan juga tidak dapat lagi menghindarkan kehadiran

teknologi ini, baik dalam kegiatan mengajar maupun belajar. Untuk itu lembaga

penyelenggara pendidikan harus sudah menyediakan infrastuktur berbasis

teknologi komunikasi dan informasi, sesederhana apapun itu.

Dalam kegiatan pengajaran, seorang dosen akan lebih mudah

menyampaikan materi apabila tersedia fasilitas ini, baik dalam pertemuan dalam

kelas dengan menggunakan multi media yang memungkinkan materi dipersiapkan

dan disajikan dengan lebih menarik dan lengkap (dengan tambahan ilustrasi yang

nyata), maupun ketika ia mencari data baru mengenai perkembangan keilmuan di

bidangnya dari sumber-sumber yang sangat banyak dan tidak lagi terbatas pada

bahan tercetak melalui fasilitas on-line dan Internet. Ketika fasilitas jaringan

Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan

komputer sudah memadai, dosen juga dapat menyampaikan materi, tugas dan

pemeriksaan hasil melalui sistem jaringan.

Program Dalam Infrastuktur Teknologi Komunikasi dan Informasi

data yang diperolehnya menjadi bentuk baru. Roy Suryo, misalnya.

Dalam pendidikan kepustakawanan, kompetensi yang harus dimiliki peserta

didik adalah kompetensi sebagai pemakai program, bukan pembuat program.

Pembuatan program sebaiknya dilakukan oleh ahli komputer (informatika). Jika

dianalogikan seperti adanya insinyur mesin yang membuat kendaraan angkut, dan

insinyur sipil yang membuat jalan dan jembatan, pustakawan atau ahli informasi

berperan menentukan matrerial apa yang akan dimuatkan pada kendaraan yang

tersedia dan kemana material itu dikirim. Pembagian peran dan tugas ini

sebaiknya tidak dicampur aduk jadi satu karena akan menimbulkan tumpang tindih

dalam kurikulum pendidikan.

III. PENUTUP

Pada perancangan penyediaan infrastuktur teknologi informasi dan

komunikasi yang perlu menjadi dasar pemikiran adalah bahwa teknologi informasi

dan komunikasi adalah alat bantu dan bukan inti dari kehidupan dari seorang

pustakawan. Pada sebuah hasil penelitian yang ditulis dalam Journal of

Librarianship and Information Science, December 1999 disebutkan ketidak

mampuan profesional seorang lulusan pendidikan perpustakaan untuk memenuhi

persyarat kerja adalah skills and social skills yang meliputi:

Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan

Dalam teknologi komunikasi dan informasi terdapat dua komponen utama

yaitu hardware dan software (keduanya dijalankan oleh brainware milik manusia),

perangkat keras sebagai komponen yang bergerak dan perangkat lunak sebagai

komponen penggerak. Keduanya diurus oleh orang dengan kompetensi yang

berbeda, yaitu tehnisi perangkat keras dan pengurus program perangkat lunak.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam mengurus program perangkat lunak

(software) juga terbagi dua, yaitu pembuat program dan pemakai program.

Pembuat program adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam bidang

informatika yang mampu membuat sebuah program agar mampu memanipulasi

data (bukan memanipulasi laporan pada rakyat!) sesuai dengan perintah yang

dibe . quality assurance skills

b. problem solving skills

c. learning efficiency

d. flexibility, and

e. communication skills

yang hanya dapat dipenuhi jika mahasiswa mau open mind. Oleh karena itu

konsentrasi penyediaan fasilitas pendidikan terutama ditujukan untuk menciptakan

keterampilan dan keahlian tersebut. Dengan dimilikinya ke lima keterampilan dan

keahlian tersebut, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi akan dapat

termanfaatkan dengan tepat dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Sulistyo, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1991

Garland, Paul and Geoffrey Jones, Communication and General Studies for

technician student, Berkshire, McGraw-Hill Book Company, 1981

Jacob, M.E.L., Strategic Planning: a how-to-do-it manual for Librarians, New

York, Neal-Schuman Publishers, Inc, 1990

Lawes, Ann, The Benefit of Quality Management to Library and Information

Service Profession, Special Libraries, Special Libraries Association,

Washington, 1993, pp: 142-146

Narayana, G.J., Library and Information Management, New Delhi, Prentice-Hall

of India Private Limited, 1991

Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan sekolah: petunjuk membina pemakai

dan memelihara per Perpustakaan Nasional RI, Panduan penyelenggaraan perpustakaan umum,

Jakarta, Perpustakaan Nasional, 1991

Wiranto FA dan Supriyanto (Ed.), Mempertanyakan keberadaan perpustakaan

kita, Semarang, Soegijapranata Catholic University Press, 1995

Berner, Andrew. "Thinking About...Quality," The One Person Library: A

Newsletter for Librarians and Management. (Vol. 6, No. 8, December,

1989,pp.6-7)

Leonard, W. Patrick. "On My Mind: This Year is Different: Facing Outcome

Assesment," The Journal of Academic Librarianship (September, 1992,

pp.228-229)

http://eprints-rclis-org/archive/00009538/01/infrastruktur-TI-4%3DPustakawan-Agus-rusmana-Pdf

Tidak ada komentar: